Senin, 25 Januari 2016

Jurnal Kimia Organik tentang Adsorben

Keefektifan Kulit Nanas, Ampas Tebu dan Ampas Kelapa sebagai Adsorben untuk logam Mn dan Cu

Widyaningsih
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
email: widya.wiwi96@yahoo.com



ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap kulit nanas, ampas tebu, dan ampas kelapa  yang digunakan untuk mengadsorpsi ion logam Mn pada larutan KMnO4 dan ion logam Cu pada CuSO4. Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui perbandingan  keefektifan penyerapan logam oleh kulit nanas, ampas tebu maupun ampas kelapa. Penelitian ini diawali dengan pembuatan adsorben dari  ke-tiga ampas tersebut dengan cara menghaluskannya menggunakan mortar. Kemudian dilakukan proses pengeringan adsorben dengan cara dioven selama 2 jam pada suhu 110ºC. Selanjutnya pembuatan larutan KMnO4 dan CuSO4 sebagai larutan uji adsorpsi logam Mn dan Cu oleh kulit nanas, kulit salak, ampas tebu dan ampas kelapa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan keefektifan adsorben dari yang paling kuat hingga lemah dalam menyerap logam Mn adalah ampas nanas, ampas tebu dan ampas kelapa. Sedangkan untuk menyerap logam Cu, keefektifan dari yang paling kuat hingga lemah adalah ampas tebu, kulit nanas, dan ampas kelapa.
Kata kunci: Kulit nanas, kulit salak, ampas tebu, ampas kelapa, KMnO4, CuSO4, Adsorben

ABSTRACT
            Has done research on pineapple bark, bagasse and coconut pulp is used to adsorb the metal ions in the solution KMnO4 Mn and Cu ions in CuSO4. This study aimed to compare the effectiveness of metal absorption by the skin of pineapple, bagasse and coconut pulp. This study begins with the creation of the third adsorbent is a way to grind pulp using a mortar. Then do the adsorbent drying process by way of the oven for 2 hours at a temperature of 110ºC. Furthermore, the manufacture of KMnO4 solution and test solution CuSO4 as Mn and Cu metal adsorption by pineapple skin, skin bark, bagasse and coconut pulp. The results showed that the comparison of the effectiveness of the adsorbent from the most powerful to weak to absorb the metals Mn is the pineapple pulp, bagasse and coconut pulp. While to absorb Cu, the effectiveness of the most powerful to the weak is bagasse, bark pineapple, and coconut pulp.
Keywords: Skin the pineapple, peel bark, bagasse, coconut pulp, KMnO4, CuSO4, Adsorbent




I.             PENDAHULUAN
                 Mn (Mangan) dan Cu (Tembaga) merupakan logam berat yang terdapat dalam limbah cair. Mn sendiri adalah logam putih keabu-abuan yang sangat rapuh dan mudah teroksidasi. Sedangkan Cu adalah logam kemerahan dengan struktur kristal kubus dan merupakan konduktor listrik/panas yang baik. Kedua logam ini larut dalam air, namun jika konsentrasi keduanya berlebihan akan membahayakan bagi ekosistem dan mengakibatkan air tercemar.
            Pencemaran akibat logam tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengadsorpsi logam – logam tersebut menggunakan ampas tebu, ampas kelapa, dan kulit nanas yang tidak lagi digunakan.
            Adsorbsen sendiri adalah zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan – bahan yang sangat berpori dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau pada letak – letak tertentu didalam partikel itu.
            Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia, dan mempunyai penyebaran yang merata. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Selulosa yang terkandung dalam serat kulit nanas berupa selulosa bacterial (polisakarida yang mengandung gugus –OH).  
            Ampas  tebu  adalah  zat  padat  yang didapatkan dari sisa pengolahan tebu pada  industri  pengolahan  gula  pasir. Ampas tebu mengandung protein kasar 3,1%, lemak kasar 1,5%, abu 8,8%, BETN 51,7% dan serat kasar 34,9% (Hardjo et al., 1989). Ditinjau dari segi komponen seratnya, ampas tebu mengandung 82% dinding sel yang terdiri atas: selulosa 40%, hemiselulosa 29%, lignin 13% dan silica 2% (Arora, 1976). Nilai kecernaan ampas tebu yang belum diolah sangat rendah yaitu 16,8–22,29% (Soejono, 1988), hal ini karena tingginya kadar lignin dalam ampas tebu.
            Ampas kelapa adalah daging buah kelapa yang telah dihilangkan santannya. Ampas kelapa ini memiliki struktur permukaan berpori dan bersifat polar. Kandungan kimia yang terdapat dalam ampas kelapa adalah  selulosa 16%, mannan 26 %, dan galaktomannan 61% (Zultiniar, 2009). Selulosa merupakan polisakarida yang mengandung gugus –OH sehingga dapat digunakan sebagai adsorben.
Pada Kulit nanas, ampas tebu dan ampas kelapa tersebut memiliki kandungan selulosa sehingga dapat digunakan sebagai adsorben dalam menyerap logam – logam berat seperti  logam Mn maupun Cu.

II.                METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
            Waktu pelaksanaan percobaan ini dilaksanakan selama dua minggu pada buka Desember 2015, yan terdiri dari kegiatan persiapan bahan, pengolahan data dan penyusunan laporan. Sedangkan lokasi kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik PLT (Pusat Laboratorium Terpadu) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Alat
Pada percobaan ini digunakan beberapa alat kimia, antara lain : gelas arloji; mortar; tabung reaksi; rak tabung reaksi; sentrifuge; pipet ukur 10 ml; pipet tetes; botol semprot; spatula; botol reagen; neraca analitik; oven; dan alumunium foil.
Bahan
            Pada percobaan ini menggunakan bahan kimia seperti larutan sampel KMnO4 0,1 M; CuSO4 0,1 M dan bahan untuk mengadsorpsi logam seperti  kulit nanas, ampas tebu, dan ampas kelapa.
Prosedur Penelitian
Preparasi larutan KMnO4
Dibuat larutan KMnO4 0,1 M dengan cara menimbang 1,58 gr padatan KMnO4. Kemudian, padatan KMnO4 dilarutkan dengan sedikit aquades ke dalam beaker glass 50 ml (sampai homogen). Langkah selanjutnya, larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda batas tera labu ukur dan dihomogenkan kembali. Lalu dipindahkan larutan sampel KMnO4 ke dalam botol reagen yang berwarna gelap dan botol ditutup rapat.
Preparasi larutan CuSO4
Dibuat larutan CuSO4 0,1 M dengan cara menimbang  1,60 gr padatan CuSO4. Kemudian, padatan CuSO4 dilarutkan dengan sedikit aquades ke dalam beaker glass 50 ml (sampai homogen). Langkah selanjutnya, larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda batas tera labu ukur dan dihomogenkan kembali. Lalu dipindahkan larutan sampel CuSO4 ke dalam botol reagen dan botol ditutup rapat.
Preparasi Adsorben
Pembuatan adsorben dilakukan dengan cara pemotongan kulit nanas, dan ampas tebu menjadi lebih kecil (kurang lebih I 0,5-1 cm). Selanjutnya kulit nanas, ampas tebu dan ampas kelapa dihaluskan menggunakan mortar yang berbeda. Kemudian adsorben tersebut dikeringkan dalam oven pada temperatur 110ºC selama 2 jam.
Uji Kemampuan Adsorben
            Pada Uji Kemampuan Adsorben, masing – masing kulit nanas, ampas tebu dan ampas kelapa ditimbang seberat 0,5 gram. Penimbangan dilakukan dua kali untuk pengujian logam Mn dan Cu. 6 tabung reaksi dimasukkan 10 mL larutan KMnO4, dan 6 tabung reaksi lainnya dimasukkan 10 mL larutan CuSO4 yang telah dibuat. Kemudian pada 5 tabung reaksi yang berisi KMnO4 di masukkan kulit nanas, ampas tebu, dan ampas kelapa. Sama halnya dengan CuSO4, 5 tabung reaksi yang berisi larutan tersebut dimasukkan kulit nanas, ampas tebu, dan ampas kelapa. 2 tabung digunakan sebagai blanko untuk memudahkan pengamatan perubahan warna yang terjadi. Langkah selanjutnya, semua tabung reaksi ditutup menggunakan alumunium foil. Dan didiamkan selama 4 hari. Diamati perubahan warna yang terjadi.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses adsorben pada logam Mn dan Cu berlangsung selama 4 hari. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari setiap tabung reaksi yang diisi dengan adsorben berbeda. Perbedaan warna tersebut diakibatkan oleh terserapnya logam – logam berat ke dalam adsorben. Semakin warnanya berubah, maka semakin baik kemampuan adsorben dalam menyerap logam – logam berat tersebut.



Tabel I. Hasil Pengamatan Uji Kemampuan adsorben pada logam Mn
No.
Sampel
Adsorben
Hasil Pengamatan
Keterangan
1
KMnO4 0,1 M
Tanpa adsorben
Warna larutan tetap ungu
Didiamkan selama 6 hari
2
KMnO4 0,1 M
Kulit nanas
Warna larutan bening
Didiamkan selama 6 hari
3
KMnO4 0,1 M
Ampas Tebu
Warna larutan kuning keruh
Didiamkan selama 6 hari
4
KMnO4 0,1 M
Ampas Kelapa
Warna larutan bening sedikit
Didiamkan selama 6 hari

Tabel II. Hasil Pengamatan pada Uji Kemampuan adsorben pada logam Cu
No.
Sampel
Adsorben
Hasil Pengamatan
Keterangan
1
CuSO4 0,1 M
Tanpa adsorben
Warna larutan tetap biru seulas
Didiamkan selama 6 hari
2
CuSO4 0,1 M
Kulit nanas
Warna larutan kuning sedikit biru dibagian atas
Didiamkan selama 6 hari
3
CuSO4 0,1 M
Ampas Tebu
Warna larutan kuning keruh
Didiamkan selama 6 hari
4
CuSO4 0,1 M
Ampas Kelapa
Warna larutan tetap biru seulas
Didiamkan selama 6 hari



Untuk menyerap logam Mn dan Cu dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 6 hari. Hal tersebut disebabkan karena adsorben yang digunakan untuk menyerap logam Mn maupun Cu hanya diberikan perlakuan dioven selama 2 jam pada temperatur 110ºC tanpa ditanur maupun diberikan tambahan larutan aktivasi. Ketiga adsorben dihaluskan dengan mortar untuk memperluas permukaan adsorben dalam menyerap logam Mn maupun Cu. Perlakuan adsorben dengan pengeringan dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam setiap adsorben. Semakin luas permukaan adsorben dan semakin kering bahan adsorben tersebut maka akan mempermudah adsorben dalam menyerap atau mengadsorpsi pada logam Mn dan Cu. Pada proses penambahan adsorben, tabung reaksi yang berisi larutan dan adsorben diaduk dan disentrifuge agar penempatan adsorben merata ke semua permukaan larutan.
Pada tabel I. adsorben yang paling efektif untuk menyerap logam Mn adalah kulit nanas. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan KMnO4 menjadi bening. Perubahan tersebut disebabkan karena selulosa yang terdapat dalam kulit nanas dapat menyerap logam Mn dengan sempurna, sehingga warna ungu pada larutan tersebut berubah. Kulit nanas sendiri mengandung selulosa sebesar 20,87 % yang mempunyai gugus –OH untuk berinteraksi dengan logam dan membentuk ikatan. Sehingga logam Mn terserap lebih cepat ke dalam kulit nanas. Ketertarikan daya serap tinggi dari kulit nanas kepada logam Mn yang dapat menyebabkan perubahan warna paling signifikan diantara ampas tebu dan ampas kelapa. Dengan demikian, kulit nanas memiliki daya serap lebih tinggi untuk menyerap logam Mn dibandingkan daya serap ampas tebu dengan perubahan warna kuning keruh dan ampas kelapa dengan perubahan warna bening hanya sedikit.
Sedangkan pada tabel II. Adsorben yang paling efektif untuk menyerap logam Cu pada larutan CuSO4 adalah ampas tebu dengan perubahan warna larutan menjadi kuning keruh (perubahan warna paling signifikan diantara ketiga adsorben). Ampas tebu sendiri mengandung 40% selulosa dan mempunyai gugus –OH. Sama halnya dengan logam Mn, ketertarikan gugus –OH pada ampas tebu lebih tinggi dibandingkan kulit nanas, dan ampas kelapa. Sehingga menyebabkan adanya interaksi lebih kuat antara gugus –OH pada kulit tebu dengan logam Cu yang membentuk ikatan. Dengan demikian, ampas tebu memiliki daya serap lebih tinggi untuk menyerap logam Cu pada CuSO4 dibandingkan dengan  kulit nanas (perubahan warna kuning, sedikit biru dipermukaan atas) dan ampas kelapa tanpa adanya perubahan warna.





IV.             KESIMPULAN
Kulit nanas, ampas tebu dan ampas kelapa memiliki kandungan selulosa yang dapat digunakan sebagai penyerapan logam berat atau adsorben pada logam Mn dan Cu. Untuk adsorben logam Mn pada larutan KMnO4 yang paling efektif adalah kulit nanas yang ditandai dengan perubahan warna larutan KMnO4 menjadi bening. Sedangkan adsorben yang paling efektif dalam menyerap logam Cu pada CuSO4 adalah ampas tebu yang ditandai dengan perubahan warna larutan pada CuSO4 menjadi kuning keruh (perubahan warna paling signifikan diantara ketiga adsorben).

V.                DAFTAR PUSTAKA
Arora, S.P. 1976. The role of treated roughages in animal production system in developing country. In: New Feed Resources. FAO (Ed). Proc. of a Tech. Consultation, Rome 22-24 Nov. 1988. FAO. Rome. pp. 51-60.
Hardjo, S., N.S. INDRASTI dan T. BANTACUT. 1989. Biokonversi: Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Bahan Pengajaran. Penelaah: S. FARDIAZ. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
Putri, Isni, dkk. 2015. Modifikasi Limbah Kulit Pisang untuk Adsorben Ion Logam Fe (III). Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rahmayani, Fatimah. Pemanfaatan Limbah Batang Jagung Sebagai Adsorben Alternatif Pada Pengurangan Kadar Klorin dalam Air Olahan (Treated Water). Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Rahmawati, Ani. 2010. Pemanfaatan Limbah Kulit Ubi Kayu dan Kulit Nanas Pada Produksi Bioetanol Menggunakan Aspergillus . Jurusan Biologi Fakutlas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rochana, Ana T. 2004. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Ampas Tebu Hasil Biokonversi oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Performans Domba Priangan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Bandung.
Soejono. 1988. Respon Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Suhendrawati, dkk. Pengaruh Konsentrasi Larutan Kalium Hidroksida pada Abu Dasar Ampas Tebu Teraktivasi. Mahasiswa keteknikan Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Wijana, S., Kumalaningsih, A. Setyowati, U. Efendi dan N. Hidayat. 1991. Optimalisasi Penambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan Kualitas Nutrisi. Laporan Hasil Penelitian Balittan Malang tahun Anggaran (ARMP) (Deptan). Malang : Universitas Brawijaya.
Zultiniar. 2009. Ekstraksi Galaktomannan dari Ampas Kelapa, (Online), (http://google.co.id/ampas/ekstraksi-galaktomannan -dari-ampas), diakses 20 Desember 2012.



Lampiran

Gambar 1. Hasil Uji kemampuan adsoben kulit nanas, ampas tebu, dan ampas kelapa pada larutan CuSO4




Gambar 2. Hasil uji kemampuan adsorben kulit nanas, ampas tebu, dan ampas kelapa pada larutan KMnO4



Tidak ada komentar:

Posting Komentar